Metode Role Playing Melaui Pembelajaran Problem Solving

Metode Role Playing Melaui Pembelajaran Problem Solving – Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional bahwa pembelajaran adalah sebuah proses interaksi antar peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Hal tersebut tercantum pula dalam PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 19Ayat (1) bahwa Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif,inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. https://www.benchwarmerscoffee.com/

Berdasarkan standar proses yang telah ditetapkan dalam PP No. 19 tahun 2005 tersebut pada dasarnya menjadi suatu pedoman dan panduan bagi para guru diberbagai jenjang pendidikan untuk menerapkan pembelajaran PAIKEM (Pembelajaran Aktif Inovatif, Kreatif, Efektif, dan menyenangkan)

oleh sebab itu sudah sepatutnya jika menjadi seorang guru dituntut untuk mampu memainkan perannya yang tidak hanya sebagai komunikator, melainkan juga meliputi peran sebagai mediator, fasilitator dan membantu siswa untuk mecapai tujuan pembelajaran. slot online indonesia

Dewasa ini jika melihat dan mengamati kinerja guru-guru di Indonesia saat proses pembelajaran masih ditemukannya guru yang mengajar tidak seusai dengan standar proses yang telah ditentukan. Penggunaan metode pembelajaran masih pada metode konvensional. Sementara dalam hal media pembejaran kemampuan guru untuk menciptakan media yang inovatif dan kreatifpun sangat minim.

Sabtu, 15 April 2017 penulis melakukan observasi di suatu sekolah mengenai proses pembelajaran yang dilakukan guru dikelas. Dari hasil observasi tersebut guru yang mengajar khususnya pada Mata Pelajaran PPKn sangat kurang dalam penggunaan metode pembelajaran yang kreatif dan inovatif.

Proses pembelajaran didominasi dengan penggunaan metode ceramah, sehingga suasana kelas begitu tidak teratur dan tidak tenang karena kurangnya kemampuan guru dalam menguasai metode pembelajaran ketika proses pembelajaran berlangsung.

Hal tersebut menyebabkan terjadinya Permasalahan berupa rendahnya motivasi siswa dalam belajar akibat dari suasana pembelajaran yang tidak efektif dan efisien sehingg tujuan pembelajaran yang sebelumnya telah dirangcang oleh guru tidak tercapai sebagaimana yang diharapakan.

Metode Role Playing Melaui Pembelajaran Problem Solving

Berdasarkan hal tersebut, adapun solusi yang ditawarkan oleh penulis dalam rangka mewujudkan pembelajaran PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan) maka yang dapat dilakukan yaitu melalui penerapan metode Role Play (Bermain Peran)

melalui proses pembelajaran berbasis Promblem Solving.Adanya penggunaan metode Role Play dalam proses pembelajaran tersebut karena permainan merupakan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi siswa dan melibatkannya secara luas.

Pada metode bermain peran (role playing), siswa dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran. Siswa akan memerankan suatu situasi yang berkaitan dengan materi yang dipelajari dan mereka akan berusaha mengatasi setiap kasus yang terjadi dari peran yang dimainkan,

sehingga siswa bisa menemukan sendiri konsep dari materi yang mereka pelajari. Jadi, dengan metode ini siswa diharapkan mampu memahami konsep jurnal penyesuaian sesuai persepsi yang mereka temukan sendiri. (Mardiyan, R: 2012).

Adapun konsep penerapan Metode Role Play (Bermain Peran)Berbasis Pembelajaran Problem Solving adalah sbb :

1. Guru menyusun dan menyiapakn skenario yang akan ditampilkan

Skenario yang dirancang oleh guru hendaknya memuat tema yang berkaitan dengan suatu kasus yang menuntut perlu adanya penyelesaian masalah. Rangkaian kegiatan yang disusun oleh guru hanya dalam bentuk “gambaran” dari suatu tema. Dalam hal ini guru memberikan kebabasan penuh kepada siswa untuk mengembakan sendiri jalan cerita dan solusi mengenai kasus yang diangkat.

2. Guru menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario sebelum dilakukannya pementasan (seminggu sebelum atau dua hari sebelum KBM)

ketika guru memperkenalkan materi pembelajaran yang akan dipelajari oleh siswa, maka guru dituntut untuk memberitahukan kepada siswa kegiatan pembelajaran apa saja yang akan dilakukan termasuk adanya skenario yang diberikan oleh guru seminggu atau dua hari sebelum KBM dilaksanakan. Pemberian skenario tersebut ditentukan langsung oleh guru berdasarkan kesepakatan dengan siswa sebagai stakeholder.

3. Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang

Pembegian kelompok dalam hal ini disesuaikan pula dengan jumlah siswa dalam kelas. Guru harus mampu mengefiesiensikan waktu dengan jumlah peserta pada masing-masing kelompok.

4. Guru Memberikan kejelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai

Adanya penjelasan terkait kompetesi yang harus dicapai oleh siswa agar siswa tersebut juga dapat mengetahui tujuan dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan seperti apa.

5. Guru memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakoni skenario yang sudah dipersiapkan

Tahap ini diberikan, ketika siswa telah berada pada hari yang telah disepakati untuk mempresentasikan skenario yang telah disusun. Ketika poses pelakonan setiap siswa duduk di kelompoknya, sambil memperhatikan dan mengamati skenario yang sedang diperagakan. Setelah selesai dipentaskan, setiap siswa diberikan kertas sebagai lembar kerja untuk membahas mengenai materi atau tema tentang hasil pementasan yang telah dilakukan.

6. Setiap kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya

Kasus yang diperankan dalam bermain peran tersebut dituntut kasus yang perlu adanya solusi penyelesaian masalah, sehingga diwajibkan memberikan kesimpulan dari penampilan kelompok yang telah memainkan peran dengan ditambah dengan pendapat dan opini dari anggota dalam kelompok masing-masing.

7. Guru memberikan kesimpulan secara umum

Kesimpulan dalam hal ini menyangkut kumpulan dari berbagai pendapat yang dilontarkan oleh siswa untuk kemudian digeneralisasikan agar ditemukannya kebenarannya yang umum pula. Agar siswa dapat lebi jelas memahami materi yang dupelajari.

8. Evaluasi

Metode Role Playing Melaui Pembelajaran Problem Solving

Evaluasi dalam hal ini dapat berupa pemberian soal. Dalam soal tersebut masing-masing individu menjawab beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan tema atau skenario yang dimainkan oleh kelompok yang telah tampil. Evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kepahaman siswa mengani materi yang dipelajari.

9. Penutup.

Diakhir dengan pemberian skenario lanjutan bagi kelompok yang akan tampil pada minggu berikutnya.

Adanya penenerapan Metode Role Play Berbasis Pembelajaran Promblem Solving ini memberikan manfaat bagi para stakeholderdi anataranya adalah :

1. Manfaat bagi guru

a. Guru mampu meningktakan kinerjanya sebagai seorang guru dengan penenerapan Metode Role Play Berbasis Pembelajaran Promblem Solving

b. Guru dapat membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan kreatif

c. Guru dapat berkonstribusi secara aktif dalam mewujudkan program pemerintah yaitu menciptakan proses pembelajaran PAIKEM seagaimana yang tercantum dalam PP No.19 tahun 2005 mengenai standar pendidikan nasional.

2. Manfaat bagi siswa

a. Siswa dapat berpikir kritis, kreatif dan inovatif melalui proses pembelajaran yang disusun oleh guru

b. Siswa dapat melatih kemampuan bekerjasama antar masing-masing anggota dalam kelompok

c. Siswa dapat dilatih untuk belajar menyelesaikan masalah

Oleh karena itu, adanya Penerapan Metode Role Play melalui pembelajaran Berbasis Problem Solving yang diterapkan oleh guru maka hal tersebut pada dasarnya telah membantu meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.